“Bunda..ayo kita ke Taman, ayoo Bun…..” rengek anakku Nayra padaku.
Memang akhir-akhir ini Nayra selalu ingin pergi ke Taman. Entah apa alasannya aku sendiripun tak tau. Namun, aku juga tak kuasa menolak keinginan putri kecilku itu.
Sore itu akhirnya aku, Nayra, dan suamiku pergi ke Taman. Seperti biasa sesampainya di Taman ia selalu menempati tempat favoritnya, diujung Taman.
“Ayah kita main ayook..” bujuk Nayra pada Ayahnya.
Sore itu akhirnya aku, Nayra, dan suamiku pergi ke Taman. Seperti biasa sesampainya di Taman ia selalu menempati tempat favoritnya, diujung Taman.
“Ayah kita main ayook..” bujuk Nayra pada Ayahnya.
Aku melihat dari kejauhan tawa ria Nayra dan Ayahnya. Aku dan suamiku memang sibuk bekerja, selama aku bekerja Nayra aku titipkan pada Ibuku kebetulan beliau tinggal bersamaku. Kalau ada waktu, aku dan suami selalu menyempatkan untuk bermain dengan putri semata wayangku itu.
“Nay, Ayah..makan dulu yuk ini makanannya sudah datang sayang.” Ujarku.
“Iyaa Bunda…” jawab mereka berdua kompak.
“Nay, Ayah..makan dulu yuk ini makanannya sudah datang sayang.” Ujarku.
“Iyaa Bunda…” jawab mereka berdua kompak.
Ditengah asyiknya menyantap makanan, aku bertanya pada suamiku.
“Ayah, kok tumben ya Nayra beberapa hari ini minta ke Taman, padahal kalau kita ajak ke Mall aja kadang gak mau.”
“Yasudahlah lagian dia juga senang toh kita juga tidak sedang sibuk.” Jawabnya singkat.
“Iya sih tapi aneh aja yah.” Balasku.
Baru sebentar aku berbincang, mataku terbelalak ketika mendapati Nayra sudah tidak ada lagi bersama kami. Aku mulai panik. Namun, suamiku berusaha menenangkanku.
Perasaanku semakin kalut ketika tak kulihat tubuh kecil anakku ditengah ramainya orang. Tentu saja aku sangat khawatir sekarang sedang marak kasus penculikan apalagi di kota besar seperti Jakarta.
Namun, ditengah rasa panik. Suamiku melihat Nayra diujung jalan bersama seorang kakek tua yang membawa keranjang sampah. Buru-buru saja kami berdua menghampirinya.
“anakku, kamu kenapa jauh dari Bunda? Bunda takut Nayra kenapa-kenapa.” Ucapku gelisah sembari memeluk Nayra.
“Ayah, kok tumben ya Nayra beberapa hari ini minta ke Taman, padahal kalau kita ajak ke Mall aja kadang gak mau.”
“Yasudahlah lagian dia juga senang toh kita juga tidak sedang sibuk.” Jawabnya singkat.
“Iya sih tapi aneh aja yah.” Balasku.
Baru sebentar aku berbincang, mataku terbelalak ketika mendapati Nayra sudah tidak ada lagi bersama kami. Aku mulai panik. Namun, suamiku berusaha menenangkanku.
Perasaanku semakin kalut ketika tak kulihat tubuh kecil anakku ditengah ramainya orang. Tentu saja aku sangat khawatir sekarang sedang marak kasus penculikan apalagi di kota besar seperti Jakarta.
Namun, ditengah rasa panik. Suamiku melihat Nayra diujung jalan bersama seorang kakek tua yang membawa keranjang sampah. Buru-buru saja kami berdua menghampirinya.
“anakku, kamu kenapa jauh dari Bunda? Bunda takut Nayra kenapa-kenapa.” Ucapku gelisah sembari memeluk Nayra.